Saat menikah dahulu,usiaku memang
sudah tidak muda lagi.Aku menikah dalam usia 41 tahun,sedangkan suamiku
jauh lebih muda,baru 26 tahun.Karena kondisi ini tak heran kalau selama
ini aku selalu menerima gunjingan dari orang-orang di sekitarku.Memang
ada yang menyatakan rasa kagumnya.Namun lebih banyak yang bernada sinis
dan mencemooh diriku.
"Si Ratna (Nama samaran) itu pasti memakai ilmu pelet.Dia telah
mengguna-gunai Martono.Kalau tidak,mana mungkin Martono sampai
tergila-gila pada perawatan tua seperti dirinya."
Kata-kata itulah yang sering kudengar,tetapi aku tidak pernah mencoba
untuk menyindirnya.Aku memilih diam,meskipun terasa begitu
menyakitkan.Aku sama sekali tidak mau menanggapinya.Mengapa? Karena apa
yang mereka tuduhkan pada diriku itu memang benar adanya.Ya,aku
mendapatkan Martono yang kini resmi menjadi suamiku itu karena ilmu
pengasih yang selama ini kuamalkan.
Sungguh,tidak pernah terlintas dalam benakku sebelumnya kalau aku sampai
nekad menempuh jalan sesat ini.Sebagai anak perempuan satu-satunya
dalam keluarga,aku memang dibesarkan dengan limpahan harta dan kasih
sayang yang berlebihan.Kedua orang tuaku begitu memanjakan aku.
Saat remaja aku tenggelam dalam kehidupan yang penuh hura-hura.Aku hidup
dalam gelimang kemewahan karena ayahku adalah seorang pejabat tinggi
yang memiliki kekuasaan.Apa yang tidak di dapat orang lain,kami dengan
mudah mendapatkannya.
Soal pacar? Pemuda mana yang tidak tertarik padaku? Karena aku memang boleh dikatakan cukup cantik.Lantas ditambah dengan
penampilanku,maka dengan mudahnya aku menahlukkan Pria.
Tak terhitung beberapa banyak lelaki yang sakit hati akibat
ulahku.Sungguh,sebenarnya jauh dalam lubuk hatiku tak ada niatku untuk
berbuat begitu.Tetapi aku sendiri tidak tahu mengapa hal itu aku
lakukan.Barangkali karena keadaanku dan adanya kesempatan.Entahlah,aku
sendiri merasa bingung.
Mungkin saat itu aku belum memiliki perasaan cinta.Karena kuakui kalau
saat itu aku tak pernah merasakan perasaan kasih,perasaan cinta.Karena
kuakui kalau saat itu aku tak pernah merasakan perasaan kasih,perasaan
kagum terhadap Pria.Aku merasa biasa-biasa saja dalam menghadapi setiap
Pria yang mendekatiku.
Pernah ada seorang pemuda yang begitu tergila-gila padaku.Namanya
Rudi.Dia adalah seorang pengusaha muda yang memiliki reputasi baik.Dia
begitu sering mendekatiku.Untuk menarik simpatiku dia tidak hanya baik
pada diriku,tetapi juga pada kedua orang tuaku.
Aku dan Rudi memang sering jalan bersama-sama.Setiap ada pesta dia
selalu mengajakku dan memperkenalkanku pada keluarganya sebagai
pacarnya.Kiranya Rudi begitu serius padaku,hingga pada suatu hari dia
datang bersama kedua orang tuanya untuk melamarku.
Tetapi itulah,seperti kukatakan tadi.Mungkin saat itu aku belum memiliki
perasaan cinta terhadap Pria.Dengan berat hati lamaran Rudi kutolak.Aku
sendiri tidak tahu bagaimana hancurnya perasaan Rudi.Sedangkan kedua
orangtuaku tidak bisa berbuat banyak karena mereka menyerahkan keputusan
padaku.
"Aku benar-benar tidak mengerti apa maumu Ratna.Selama ini kau
meresponku.Kau begitu baik padaku.Tak pernah menolak setiap
ajakanku.Kedua orang tuamu begitu baik padaku.Tetapi kenapa kau menolak
lamaranku?" Papar Rudi ketika seminggu setelah peristiwa itu dia
menelponku.
"Maafkan aku,Rudi.Kuakui aku memang suka padamu,tetapi terus terang aku
tidak pernah merasa mencintaimu.Apalah artinya sebuah perkawinan jika
tidak dilandasi perasaan cinta," jawabku,apa adanya.
Sejak peristiwa itu,Rudi tak pernah muncul lagi di hadapanku.Aku tahu
dia sakit hati akibat penolakan lamarannya itu.Aku sendiri mencoba untuk
melupakannya.
Hampir setengah tahun lamanya aku tak bertemu dengan Rudi.Sampai suatu
hari dia datang dengan menggandeng seorang gadis cantik dan
memperkenalkannya padaku sebagai isterinya.Saat itupun perasaanku
biasa-biasa saja.Sedikitpun aku tak merasa cemburu.
Rudi bukan satu-satunya lelaki yang jadi kobanku.Masih ada beberapa
orang yang merasa pernah ku kecewakan.Aku tidak mau lebih menyakiti hati
mereka karena kesombonganku.
Sombong! Ya,kata itulah yang pantas kuterima saat itu.Saat itu aku
memang telah menjelma menjadi wanita yang sombong karena keberadaanku
dan kecantikanku.
Tetapi itulah,akibat kesombonganku kini aku menerima karmanya.Kukatakan
karma karena dulu banyak lelaki datang padaku selalu kutolak,kini saat
umurku sudah kepala 4,tak ada seorangpun lelaki yang sudi atau tertarik
padaku.Mereka sepertinya enggan untuk melirikku,apalagi sampai bertegur
sapa,Aku tak tahu mengapa ini terjadi.Yang pasti,sejak memasuki usia
kepala 3,ibarat sebuah barang
dagangan,pasaranku memang mulai sepi.Mungkinkah karena aku sudah tidak
menarik lagi? Ah,tidak! Aku merasa tetap cantik dan menarik.Atau mungkin
ada sesuatu menimpa diriku? Ya,misalnya saja ada seseorang yang
"menggantung jodohku"
Bisa saja hal yang terakhir itu memang telah terjadi.Tapi,aku tak bisa
menduga siapa yang melakukannya,juga dengan cara apa orang itu
melakukannya.Semua ini bagiku adalah misteri.
Sampai suatu ketika,aku mengenal pemuda sederhana dan murah senyum
itu.Ya,dialah Martono.Perkenalanku dengan Martono sesungguhnya juga
bukan kehendakku.Karena aku yang sudah resmi menerima panggilan perawan
tua,saat itu rasanya sudah tidak punya niat lagi untuk berhubungan
dengan Pria.Tetapi Marni,sahabat karibku itulah yang memaksaku.Dia
mempertemukanku dengan seorang pemuda yang katanya baru pulang dari
Malaysia.Mulanya aku merasa ragu.Kalau dulu aku yang melecehkan
lelaki,kini aku jadi takut kalau lelaki yang akan melecehkan aku.
"Jangan kuatir Ratna.Martono bukan tipe lelaki yang suka menghina
perempuan.Kau masih cantik.Aku yakin dia akan tertarik padamu,"bujuk
Marni.
Karena Marni selalu memaksaku,maka akhirnya aku mengalah.Tak
kusangka,perkenalan dengan Martono menimbulkan kesan tersendiri di
hatiku.Ada getaran aneh kurasakan saat kami berjabat tangan.Setelah itu
entah mengapa aku selalu teringat padanya.
Aneh,perasaan ini belum pernah kualami selama ini.Apakah ini yang
namanya jatuh cinta? Entahlah! Tetapi di balik semua ada perasaan cemas
muncul dihatiku,karena aku menyadari siapa diriku.
Usiaku sudah 41 tahun,sedangkan Martono masih muda sekali.Ya,dia tak
pantas beristeri seperti aku.Dia jauh lebih pantas menikah dengan gadis
perawan usia 20-an.
Aku berusaha keras untuk melupakan Martono.Namun,aku tak dapat
membohongi diriku sendiri.Aku benar-benar tak sanggup membohongi
perasaanku.Meskipun begitu aku coba menahan diri,karena setahuku sikap
Martono terhadapku biasa-biasa saja.Aku tidak melihat kesan bahwa dia
menyukai diriku.Apalagi jatuh cinta padaku.
Ketika aku tengah berusaha keras melupakan Martono,lagi-lagi Marni
datang padaku. "Aku tahu kau begitu ngebet padanya.Akuilah Ratna,supaya
aku bisa membantumu.Sebagai sahabat,aku tak mau kau begini terus.Kau
harus mempunyai masa depan yang lebih pasti.Kau harus segera menikah."
"Entahlah.Aku sendiri bingung dengan keadaan diriku,Marni!"
Marni tersenyum.Dia seakan dapat membaca isi hatiku.
"Aku tahu,melihat keadaanmu tak mungkin Marto no jatuh hati
padamu.Tetapi percayalah padaku Ratna,bahwa di dunia ini tidak ada hal
yang mustahil."
Lagi-lagi aku mengerutkan kening.Aku semakin bingung ke mana arah
pembicaraan Marni sebenarnya.Marni menatapku,lalu dia bertanya lagi.
"Jujurlah padaku,apakah kau benar-benar menyukai Martono?"
Seolah tanpa sadar aku mengangguk.Kulihat wajah Marni jadi cerah.
"Nah,begitu dong.Kalau kau mau aku akan membantumu mendapatkan pemuda idamanmu itu," katanya seraya menepuk pipiku.
"Maksudmu?"Tanyaku.
"Kebetulan aku kenal seorang dukun yang manjur.Kalau kau mau maka aku akan membawamu ke sana," kata Marni
lagi.
Astaga! Aku terkejut sekali mendengar ucapan sahabatku itu.Kenapa mesti
pakai dukun segala? Apakah sudah tidak ada jalan lain? Marni seperti
dapat membaca isi hatiku sambil tersenyum dia berkata lirih.
"Aku tahu kau merasa takut dan ragu.Tetapi Ratna,kurasa cuma dengan cara
inilah kau bisa mendapatkan Martono!" Marni berusaha meyakinkan diriku.
Ku terdiam,aku benar-benar bimbang.Tak tahu apa yang harus
kuperbuat.Tetapi Marni terus menerus merayuku hingga akhirnya aku
menyerah dan mengikuti sarannya itu.
Pada hari yang telah kami tentukan,kami berdua pergi ke tempat dukun
itu.Sesampainya di sana Marni menceritakan maksud kedatangan kami.Mbah
Sukur,demikian nama dukun itu manggut-manggut tanda mengerti.Kemudian
diapun menyebut persyaratan yang dimintanya.
Ringkas cerita,entah iblis dari mana yang telah membisik di telingaku
hingga aku dengan begitu saja menyetujui permintaan dukun itu.Seperti
kerbau yang dicucuk hidungnya,aku pun mengikuti ritual yang
diperintahkan oleh Mbah Sukur.Tanpa merasa risih aku membuka seluruh
pakaianku di hadapan lelaki setengah baya itu.Kemudian sekujur tubuhku
dimandikan dengan seember air tujuh rupa yang sudah disiapkan
sebelumnya.
Setelah itu,dibiarkannya aku dalam keadaan tanpa busana dalam waktu yang
cukup lama.Maksudnya supaya air kembang itu menyerap ke dalam
tubuhku.Yang membuat aku merasa heran,Mbah Sukur tidak bereaksi apa-apa
melihat tubuhku yang bugil di hadapannya.Padahal pada saat itu di dalam
ruangan itu cuma kami berdua karena Marni menunggu di
luar.
Selang satu jam kemudian barulah aku disuruhnya kembali mengenakan
pakaian.Setelah itu aku diberinya sebuah kendi yang berisi air yang
sebelumnya telah diberi ramuan dan jampi-jampi khusus.
"Dengan meminum air kendi ini kelak wajahmu akan tampak selalu awet
muda.Kecantikanmu akan bertambah.Jangan lupa,kau berikan juga air dalam
kendi ini pada suamimu agar dia selalu bergairah setiap kali
menggaulimu,"kata Mbah Sukur seraya menyerahkan kendi itu padaku.
"Oya,satu hal yang tidak boleh kau lupakan,bahwasanya ilmu yang
kuberikan padamu sifatnya sementara.Jadi setiap 100 hari kau harus
datang membawa penajamnya.Ingat Ratna,kau tidak boleh lalai
sekalipun.Karena jika kau lalai maka ilmu itu akan luntur dengan
sendirinya.Hal tersebut bakan berakibat buruk bagimu," Pesan Mbah Sukur
sebelum aku diperbolehkan keluar dari kamarnya.
Aku sempat terkejut mendengarnya.Walaupun diliputi perasaan ragu dan
bimbang,karena sudah merasa kepalang basah,maka aku menyanggupi saja.
Setelah mendapatkan ilmu dari dukun ini,semua petunjuk Mbah Sukur aku
jalani dengan seksama.Termasuk harus telanjang di kamar saat melapalkan
mantera yang diberikannya.Dan hasilnya memang nyata sekali.
Setelah dua kali aku minum air kendi pemberian Mbai Sukur itu terjadilah
perubahan pada diriku.Aku merasa tubuhku sangat ringan.Wajahku tampak
bertambah cantik dan berseri-seri.Karena itu tidak heran,dalam waktu
singkat akupun berhasil menahlukkan Martono hingga akhirnya kami menikah
secara resmi lewat sebuah pesta pernikahan yang sederhana
namun meriah.Keluarga dan kedua orangtuaku tentu saja merasa sangat
senang,karena aku yang sudah dijuluki perawan tua bisa mendapatkan suami
seorang lelaki muda yang gagah dan tampan.
Setelah melihat buktinya,aku merasa yakin akan keampuhan ilmu yang
diberikan Mbah Sukur padaku.Keyakinan ini juga kian bertambah manakala
tanpa sepengetahuan Martono aku memberinya minum air kendi itu.Hasilnya
luar biasa,Martono semakin sayang padaku.Dalam urusan tempat tidur dia
begitu bergairah sekali,sehingga aku sendiri nyaris kewalahan
menghadapinya.Pokoknya,saat itu kami merasa bahagia sekali.
Tidak ada pekerjaan yang tidak mengandung resiko.Apalagi sebuah
pekerjaan yang tidak diridhoi Tuhan.Kenyataan inilah yang kemudian
menimpaku.
Sejak awal aku memang sudah menyadari bahwa langkah yang kutempuh telah
sesat.Tetapi saat itu akal sehatku telah dikalahkan oleh
ambisiku.Mungkin,hal tersebut terjadi salah satunya karena aku ingin
menunjukkan pada orang di sekitarku kalau aku si perawan tua ini masih
mampu mendapatkan seorang suami.Yang kubanggakan saat itu bahwasanya
suamiku seorang lelaki muda yang tampan.Aku sama sekali tidak perduli
kalau aku telah mendapatkan Martono dari hasil guna-guna atau memakai
ilmu pelet.Persetan dengan semua itu.Yang penting aku bisa bahagia.
Penyesalan memang selalu datang terlambat.Kini aku terjebak di dalam
jaring-jaring setan yang dijeratkan oleh Mbah Sukur.Perjanjian yang
kusepakati dulu itu telah membelenggu hidupku.Ya,selama ini,diam-diam
dan tanpa sepengetahuan suamiku,setiap 100
hari aku selalu menemui Mbah Sukur untuk menyerahkan mahar berupa cincin
emas seberat 2 gram,kembang tujuh rupa dan uang tunai seratus ribu
rupiah.
Tak hanya itu, masih ditambah lagi dengan harus menjalankan ritual yang
kini kurasakan begitu menjijikkan.Aku harus telanjang di depan lelaki
yang bukan mukhrimku itu.Dan yang membuat aku semakin tersiksa,Mbah
Sukur yang dulu hanya diam tanpa ekpresi saat melihat tubuhku yang
telanjang,kini selalu menyetubuhiku setiap kali aku datang kepadanya
setiap 100 hari sekali.Aku tidak berani menolak karena dukun laknat itu
selalu mengancamku.
"Kalau kau berani melapor pada yang berwajib itu sama artinya kau
membuka aibmu sendiri.Karena kalau aku sampai masuk penjara maka aku
akan menarik semua aji pengasihan yang melekat di tubuhmu.Dan kalau itu
kulakukan maka tubuhmu akan jadi keriput seperti nenek sihir.Kalau sudah
begini suamimu pasti akan jijik melihat dirimu dan akan lari
meninggalkanmu.Camkan itu baik-baik!"
Ancaman itulah yang membuatku takut.Aku telah kena buah simalakama.Kini
aku benar-benar bingung tak tahu apa yang harus kuperbuat.Haruskah
persekutuan sesat ini terus kulakukan.Tetapi sampai kapan?
Kiranya pembaca dapat membantu mencarikan solusinya.Setidaknya dapat mengambil hikmah dari langkah sesat yang telah aku tempuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar