HALAMAN

Rabu, 05 Januari 2011

TERJERAT MAHAR 100 HARI

Saat menikah dahulu,usiaku memang sudah tidak muda lagi.Aku menikah dalam usia 41 tahun,sedangkan suamiku jauh lebih muda,baru 26 tahun.Karena kondisi ini tak heran kalau selama ini aku selalu menerima gunjingan dari orang-orang di sekitarku.Memang ada yang menyatakan rasa kagumnya.Namun lebih banyak yang bernada sinis dan mencemooh diriku.

"Si Ratna (Nama samaran) itu pasti memakai ilmu pelet.Dia telah mengguna-gunai Martono.Kalau tidak,mana mungkin Martono sampai tergila-gila pada perawatan tua seperti dirinya."

Kata-kata itulah yang sering kudengar,tetapi aku tidak pernah mencoba untuk menyindirnya.Aku memilih diam,meskipun terasa begitu menyakitkan.Aku sama sekali tidak mau menanggapinya.Mengapa? Karena apa yang mereka tuduhkan pada diriku itu memang benar adanya.Ya,aku mendapatkan Martono yang kini resmi menjadi suamiku itu karena ilmu pengasih yang selama ini kuamalkan.

Sungguh,tidak pernah terlintas dalam benakku sebelumnya kalau aku sampai nekad menempuh jalan sesat ini.Sebagai anak perempuan satu-satunya dalam keluarga,aku memang dibesarkan dengan limpahan harta dan kasih sayang yang berlebihan.Kedua orang tuaku begitu memanjakan aku.

Saat remaja aku tenggelam dalam kehidupan yang penuh hura-hura.Aku hidup dalam gelimang kemewahan karena ayahku adalah seorang pejabat tinggi yang memiliki kekuasaan.Apa yang tidak di dapat orang lain,kami dengan mudah mendapatkannya.

Soal pacar? Pemuda mana yang tidak tertarik padaku? Karena aku memang boleh dikatakan cukup cantik.Lantas ditambah dengan
penampilanku,maka dengan mudahnya aku menahlukkan Pria.

Tak terhitung beberapa banyak lelaki yang sakit hati akibat ulahku.Sungguh,sebenarnya jauh dalam lubuk hatiku tak ada niatku untuk berbuat begitu.Tetapi aku sendiri tidak tahu mengapa hal itu aku lakukan.Barangkali karena keadaanku dan adanya kesempatan.Entahlah,aku sendiri merasa bingung.

Mungkin saat itu aku belum memiliki perasaan cinta.Karena kuakui kalau saat itu aku tak pernah merasakan perasaan kasih,perasaan cinta.Karena kuakui kalau saat itu aku tak pernah merasakan perasaan kasih,perasaan kagum terhadap Pria.Aku merasa biasa-biasa saja dalam menghadapi setiap Pria yang mendekatiku.

Pernah ada seorang pemuda yang begitu tergila-gila padaku.Namanya Rudi.Dia adalah seorang pengusaha muda yang memiliki reputasi baik.Dia begitu sering mendekatiku.Untuk menarik simpatiku dia tidak hanya baik pada diriku,tetapi juga pada kedua orang tuaku.

Aku dan Rudi memang sering jalan bersama-sama.Setiap ada pesta dia selalu mengajakku dan memperkenalkanku pada keluarganya sebagai pacarnya.Kiranya Rudi begitu serius padaku,hingga pada suatu hari dia datang bersama kedua orang tuanya untuk melamarku.

Tetapi itulah,seperti kukatakan tadi.Mungkin saat itu aku belum memiliki perasaan cinta terhadap Pria.Dengan berat hati lamaran Rudi kutolak.Aku sendiri tidak tahu bagaimana hancurnya perasaan Rudi.Sedangkan kedua orangtuaku tidak bisa berbuat banyak karena mereka menyerahkan keputusan padaku.

"Aku benar-benar tidak mengerti apa maumu Ratna.Selama ini kau
meresponku.Kau begitu baik padaku.Tak pernah menolak setiap ajakanku.Kedua orang tuamu begitu baik padaku.Tetapi kenapa kau menolak lamaranku?" Papar Rudi ketika seminggu setelah peristiwa itu dia menelponku.

"Maafkan aku,Rudi.Kuakui aku memang suka padamu,tetapi terus terang aku tidak pernah merasa mencintaimu.Apalah artinya sebuah perkawinan jika tidak dilandasi perasaan cinta," jawabku,apa adanya.

Sejak peristiwa itu,Rudi tak pernah muncul lagi di hadapanku.Aku tahu dia sakit hati akibat penolakan lamarannya itu.Aku sendiri mencoba untuk melupakannya.

Hampir setengah tahun lamanya aku tak bertemu dengan Rudi.Sampai suatu hari dia datang dengan menggandeng seorang gadis cantik dan memperkenalkannya padaku sebagai isterinya.Saat itupun perasaanku biasa-biasa saja.Sedikitpun aku tak merasa cemburu.

Rudi bukan satu-satunya lelaki yang jadi kobanku.Masih ada beberapa orang yang merasa pernah ku kecewakan.Aku tidak mau lebih menyakiti hati mereka karena kesombonganku.

Sombong! Ya,kata itulah yang pantas kuterima saat itu.Saat itu aku memang telah menjelma menjadi wanita yang sombong karena keberadaanku dan kecantikanku.

Tetapi itulah,akibat kesombonganku kini aku menerima karmanya.Kukatakan karma karena dulu banyak lelaki datang padaku selalu kutolak,kini saat umurku sudah kepala 4,tak ada seorangpun lelaki yang sudi atau tertarik padaku.Mereka sepertinya enggan untuk melirikku,apalagi sampai bertegur sapa,Aku tak tahu mengapa ini terjadi.Yang pasti,sejak memasuki usia kepala 3,ibarat sebuah barang
dagangan,pasaranku memang mulai sepi.Mungkinkah karena aku sudah tidak menarik lagi? Ah,tidak! Aku merasa tetap cantik dan menarik.Atau mungkin ada sesuatu menimpa diriku? Ya,misalnya saja ada seseorang yang "menggantung jodohku"

Bisa saja hal yang terakhir itu memang telah terjadi.Tapi,aku tak bisa menduga siapa yang melakukannya,juga dengan cara apa orang itu melakukannya.Semua ini bagiku adalah misteri.

Sampai suatu ketika,aku mengenal pemuda sederhana dan murah senyum itu.Ya,dialah Martono.Perkenalanku dengan Martono sesungguhnya juga bukan kehendakku.Karena aku yang sudah resmi menerima panggilan perawan tua,saat itu rasanya sudah tidak punya niat lagi untuk berhubungan dengan Pria.Tetapi Marni,sahabat karibku itulah yang memaksaku.Dia mempertemukanku dengan seorang pemuda yang katanya baru pulang dari Malaysia.Mulanya aku merasa ragu.Kalau dulu aku yang melecehkan lelaki,kini aku jadi takut kalau lelaki yang akan melecehkan aku.

"Jangan kuatir Ratna.Martono bukan tipe lelaki yang suka menghina perempuan.Kau masih cantik.Aku yakin dia akan tertarik padamu,"bujuk Marni.

Karena Marni selalu memaksaku,maka akhirnya aku mengalah.Tak kusangka,perkenalan dengan Martono menimbulkan kesan tersendiri di hatiku.Ada getaran aneh kurasakan saat kami berjabat tangan.Setelah itu entah mengapa aku selalu teringat padanya.

Aneh,perasaan ini belum pernah kualami selama ini.Apakah ini yang namanya jatuh cinta? Entahlah! Tetapi di balik semua ada perasaan cemas muncul dihatiku,karena aku menyadari siapa diriku.
Usiaku sudah 41 tahun,sedangkan Martono masih muda sekali.Ya,dia tak pantas beristeri seperti aku.Dia jauh lebih pantas menikah dengan gadis perawan usia 20-an.

Aku berusaha keras untuk melupakan Martono.Namun,aku tak dapat membohongi diriku sendiri.Aku benar-benar tak sanggup membohongi perasaanku.Meskipun begitu aku coba menahan diri,karena setahuku sikap Martono terhadapku biasa-biasa saja.Aku tidak melihat kesan bahwa dia menyukai diriku.Apalagi jatuh cinta padaku.

Ketika aku tengah berusaha keras melupakan Martono,lagi-lagi Marni datang padaku. "Aku tahu kau begitu ngebet padanya.Akuilah Ratna,supaya aku bisa membantumu.Sebagai sahabat,aku tak mau kau begini terus.Kau harus mempunyai masa depan yang lebih pasti.Kau harus segera menikah."

"Entahlah.Aku sendiri bingung dengan keadaan diriku,Marni!"

Marni tersenyum.Dia seakan dapat membaca isi hatiku.

"Aku tahu,melihat keadaanmu tak mungkin Marto no jatuh hati padamu.Tetapi percayalah padaku Ratna,bahwa di dunia ini tidak ada hal yang mustahil."

Lagi-lagi aku mengerutkan kening.Aku semakin bingung ke mana arah pembicaraan Marni sebenarnya.Marni menatapku,lalu dia bertanya lagi.

"Jujurlah padaku,apakah kau benar-benar menyukai Martono?"

Seolah tanpa sadar aku mengangguk.Kulihat wajah Marni jadi cerah.

"Nah,begitu dong.Kalau kau mau aku akan membantumu mendapatkan pemuda idamanmu itu," katanya seraya menepuk pipiku.

"Maksudmu?"Tanyaku.

"Kebetulan aku kenal seorang dukun yang manjur.Kalau kau mau maka aku akan membawamu ke sana," kata Marni
lagi.

Astaga! Aku terkejut sekali mendengar ucapan sahabatku itu.Kenapa mesti pakai dukun segala? Apakah sudah tidak ada jalan lain? Marni seperti dapat membaca isi hatiku sambil tersenyum dia berkata lirih.

"Aku tahu kau merasa takut dan ragu.Tetapi Ratna,kurasa cuma dengan cara inilah kau bisa mendapatkan Martono!" Marni berusaha meyakinkan diriku.

Ku terdiam,aku benar-benar bimbang.Tak tahu apa yang harus kuperbuat.Tetapi Marni terus menerus merayuku hingga akhirnya aku menyerah dan mengikuti sarannya itu.

Pada hari yang telah kami tentukan,kami berdua pergi ke tempat dukun itu.Sesampainya di sana Marni menceritakan maksud kedatangan kami.Mbah Sukur,demikian nama dukun itu manggut-manggut tanda mengerti.Kemudian diapun menyebut persyaratan yang dimintanya.

Ringkas cerita,entah iblis dari mana yang telah membisik di telingaku hingga aku dengan begitu saja menyetujui permintaan dukun itu.Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya,aku pun mengikuti ritual yang diperintahkan oleh Mbah Sukur.Tanpa merasa risih aku membuka seluruh pakaianku di hadapan lelaki setengah baya itu.Kemudian sekujur tubuhku dimandikan dengan seember air tujuh rupa yang sudah disiapkan sebelumnya.

Setelah itu,dibiarkannya aku dalam keadaan tanpa busana dalam waktu yang cukup lama.Maksudnya supaya air kembang itu menyerap ke dalam tubuhku.Yang membuat aku merasa heran,Mbah Sukur tidak bereaksi apa-apa melihat tubuhku yang bugil di hadapannya.Padahal pada saat itu di dalam ruangan itu cuma kami berdua karena Marni menunggu di
luar.

Selang satu jam kemudian barulah aku disuruhnya kembali mengenakan pakaian.Setelah itu aku diberinya sebuah kendi yang berisi air yang sebelumnya telah diberi ramuan dan jampi-jampi khusus.

"Dengan meminum air kendi ini kelak wajahmu akan tampak selalu awet muda.Kecantikanmu akan bertambah.Jangan lupa,kau berikan juga air dalam kendi ini pada suamimu agar dia selalu bergairah setiap kali menggaulimu,"kata Mbah Sukur seraya menyerahkan kendi itu padaku.

"Oya,satu hal yang tidak boleh kau lupakan,bahwasanya ilmu yang kuberikan padamu sifatnya sementara.Jadi setiap 100 hari kau harus datang membawa penajamnya.Ingat Ratna,kau tidak boleh lalai sekalipun.Karena jika kau lalai maka ilmu itu akan luntur dengan sendirinya.Hal tersebut bakan berakibat buruk bagimu," Pesan Mbah Sukur sebelum aku diperbolehkan keluar dari kamarnya.

Aku sempat terkejut mendengarnya.Walaupun diliputi perasaan ragu dan bimbang,karena sudah merasa kepalang basah,maka aku menyanggupi saja.

Setelah mendapatkan ilmu dari dukun ini,semua petunjuk Mbah Sukur aku jalani dengan seksama.Termasuk harus telanjang di kamar saat melapalkan mantera yang diberikannya.Dan hasilnya memang nyata sekali.

Setelah dua kali aku minum air kendi pemberian Mbai Sukur itu terjadilah perubahan pada diriku.Aku merasa tubuhku sangat ringan.Wajahku tampak bertambah cantik dan berseri-seri.Karena itu tidak heran,dalam waktu singkat akupun berhasil menahlukkan Martono hingga akhirnya kami menikah secara resmi lewat sebuah pesta pernikahan yang sederhana
namun meriah.Keluarga dan kedua orangtuaku tentu saja merasa sangat senang,karena aku yang sudah dijuluki perawan tua bisa mendapatkan suami seorang lelaki muda yang gagah dan tampan.

Setelah melihat buktinya,aku merasa yakin akan keampuhan ilmu yang diberikan Mbah Sukur padaku.Keyakinan ini juga kian bertambah manakala tanpa sepengetahuan Martono aku memberinya minum air kendi itu.Hasilnya luar biasa,Martono semakin sayang padaku.Dalam urusan tempat tidur dia begitu bergairah sekali,sehingga aku sendiri nyaris kewalahan menghadapinya.Pokoknya,saat itu kami merasa bahagia sekali.

Tidak ada pekerjaan yang tidak mengandung resiko.Apalagi sebuah pekerjaan yang tidak diridhoi Tuhan.Kenyataan inilah yang kemudian menimpaku.

Sejak awal aku memang sudah menyadari bahwa langkah yang kutempuh telah sesat.Tetapi saat itu akal sehatku telah dikalahkan oleh ambisiku.Mungkin,hal tersebut terjadi salah satunya karena aku ingin menunjukkan pada orang di sekitarku kalau aku si perawan tua ini masih mampu mendapatkan seorang suami.Yang kubanggakan saat itu bahwasanya suamiku seorang lelaki muda yang tampan.Aku sama sekali tidak perduli kalau aku telah mendapatkan Martono dari hasil guna-guna atau memakai ilmu pelet.Persetan dengan semua itu.Yang penting aku bisa bahagia.

Penyesalan memang selalu datang terlambat.Kini aku terjebak di dalam jaring-jaring setan yang dijeratkan oleh Mbah Sukur.Perjanjian yang kusepakati dulu itu telah membelenggu hidupku.Ya,selama ini,diam-diam dan tanpa sepengetahuan suamiku,setiap 100
hari aku selalu menemui Mbah Sukur untuk menyerahkan mahar berupa cincin emas seberat 2 gram,kembang tujuh rupa dan uang tunai seratus ribu rupiah.

Tak hanya itu, masih ditambah lagi dengan harus menjalankan ritual yang kini kurasakan begitu menjijikkan.Aku harus telanjang di depan lelaki yang bukan mukhrimku itu.Dan yang membuat aku semakin tersiksa,Mbah Sukur yang dulu hanya diam tanpa ekpresi saat melihat tubuhku yang telanjang,kini selalu menyetubuhiku setiap kali aku datang kepadanya setiap 100 hari sekali.Aku tidak berani menolak karena dukun laknat itu selalu mengancamku.

"Kalau kau berani melapor pada yang berwajib itu sama artinya kau membuka aibmu sendiri.Karena kalau aku sampai masuk penjara maka aku akan menarik semua aji pengasihan yang melekat di tubuhmu.Dan kalau itu kulakukan maka tubuhmu akan jadi keriput seperti nenek sihir.Kalau sudah begini suamimu pasti akan jijik melihat dirimu dan akan lari meninggalkanmu.Camkan itu baik-baik!"

Ancaman itulah yang membuatku takut.Aku telah kena buah simalakama.Kini aku benar-benar bingung tak tahu apa yang harus kuperbuat.Haruskah persekutuan sesat ini terus kulakukan.Tetapi sampai kapan?

Kiranya pembaca dapat membantu mencarikan solusinya.Setidaknya dapat mengambil hikmah dari langkah sesat yang telah aku tempuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar