HALAMAN

Sabtu, 13 Agustus 2011

PUASA LIDAH

Pada suatu hari Rasulullah mendengar seorang wanita sedang memaki-maki jariyah (budak) kepunyaannya.Padahal wanita itu sedang menunaikan ibadah puasa Ramadhan.Nabi Muhammad segera mengambil makanan dan menyodorkan padanya sambil berkata "makanlah" perempuan itu menjawab "Saya sedang berpuasa ya Rasulullah!" 
Rasulullah saw kemudian mengomentari, "Bagaimana mungkin engkau mengaku berpuasa,sementara telah kau maki-maki budakmu.Puasa bukan hanya menahan makan dan minum saja.Allah juga telah menjadikan puasa sebagai penghalang dari perbuatan tercela,maupun perkataan yang merusak puasa.Alangkah sedikitnya orang yang berpuasa,alangkah banyaknya orang yang menahan lapar saja." 

Sepenggal kisah diatas,namun selalu aktual sepanjang masa.Dilema yang sangat jamak terjadi di setiap bulan suci tiba,dimana manusia memang sering gagal mempuasakan lidahnya.Totalitas ubudiyah yang ditampilkan pada Ramadhan sering kali tercoreng noda yang ditoleh oleh kejahatan lidah. Lidah memang tak bertulang tetapi sanggup menjadi sumber bencana kemanusiaan yang sungguh mengerikan.Benang kusut pertikaian,permukaan dan kesumat yang sangkut-menyangkut sepanjang zaman,kebanyakan berawal dari bencana lidah.Karena ia mampu menembus segala yang tidak sanggup ditembus oleh tajamnya pisau.Luka yang di hasilkan lidah lebih perih dari sayatan sembilu.Jika satu bedil meledak satu nyawa bakal melayang,tapi bila lidah yang terlampau tajam,maka orang sekampung,senegara atau bahkan sedunia yang akan sengsara dan merana. 

Bencana lidah lebih dahsyat dari pada bencana alam,karena ia mampu menerobos langsung ke wilayah yang paling sensitif dari kemanusiaan kita.Pertikaian atau kemelut kusut yang meliliti bila ditelusuri sering pada keganasan lidah.Sehingga tanpa disadari kekerasan lidah telah membuat umat ini kehilangan keutuhan diri. Ramadhan sebagai kawahcandradimuka penggodokan pribadi Islam menawarkan variasi pilihan dalam hal penempaan kualitas diri,lahir maupun batin.Bukan hanya perjuangan menahan lapar dan dahaga,atau pameran ketangguhan dari aksi mogok makan.Pada level yang lebih tinggi kita dituntut bijaksana mempuasakan segenap anggota tubuh,teristimewa menahan lidah dari segala aktifitas negatifnya. 

Bagi seseorang pribadi mukmin sejati lebih memilih diam,ketimbang berbicara hal-hal yang tercela dan menimbulkan malapetaka.Sebagaimana tuntunan Rasulullah dalam haditsnya,Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir,hendaklah ia mengucapkan perkataan yang baik atau ctkup diam saja (Hadits). Ironisnya,banyak orang berpuasa sekedar menutup mulut dari kemasukan makanan dan minuman.Sementara justru pada kesempatan lain mulutnya tetap menganga kala mengumbar fitnah,caci maki serta menghina orang.Ketika itu ternodalah statusnya sebagai tamu Allah di bulan suci ini,sekaligus kehilangan hak untuk merasakan nikmatnya ibadah puasa. Oleh Imam Ghazali puasa lisan disebut juga dengan puasa khusus,karena praktiknya lebih rumit ketimbang puasa perut.Disebutkan bahwa untuk mencapai derajat khusus ini ada dua perkara yang perlu dihindari: 

1.Laghw yaitu perkataan atau perbuatan yang tidak ada manfaatnya,seperti ngobrol ngalor ngidul tak tentu arah,pepesan kosong,bualan penuh tipuan dan sebagainya. 

2.Rafats yaitu perkataan yang keji dan kotor. 

Disela waktu luang menjelang saat berbuka datang,sementara orang yang mengaku berpuasa masih suka mengobrol untuk bergunjing,mendiskusikan lawan jenis,mengorek kekurangan tetangga dan memposisikan diri seolah tanpa cacat cela.Sedikit sekali yang memilih berkumpul membicarakan hal-hal yang berguna atau memperbanyak zikir kepada Allah. 

Sebaiknya di bulan suci ini bukan sekedar pelarangan pembukaan rumah makan,kafe dan tempat hiburan.Juga hendaknya dianjurkan para petulalang lidah berpuasa dari caci maki,mengorek aib lawan maupun kawan atau mengumbar janji-janji kosong.Sekaligus dikampanyekan puasa lidah,di mana suami istri tidak merasa perlu bertengkar perihal persiapan lebaran yang mungkin sangat sederhana.Termasuk bagi para penceramah yang begitu indah merangkai kata perihal amalan berguna serta kebijakasanaan.Sementara diri dan keluarganya jauh dari nilai-nilai ideal yang ia suguhkan buat jamaah. Berbahagialah orang yang menahan kelebihan bicaranya dan memberikan kelebihan hartanya.Serta celakalah orang yang sibuk dengan cacat cela orang lain sehingga membuatnya lupa dengan aib sendiri.

RAHASIA KEISTIMEWAAN LAILATUL QADAR

Lailatul Qadar,atau malam yang agung,atau malam nan mulia itu,adalah salah satu dari malam-malam di bulan Ramadhan.Dan dalam Al- Qur'an surah 44 ayat 3,malam yang agung tersebut pula sebagai "malam yang diberkahi."

Mengapa disebut juga sebagai "malam yang diberkahi" ? sebab dari gelap terbitlah terang,dari kebodohan (jahiliya) yang muncullah kebijakan,berkat wahyu Allah yang menyorotkan cahaya tauhid dan cahaya keilmuan kesegenap peradaban alam semesta.

Malam yang agung lebih baik dari seribu bulan dalam arti lebih baik dari pada panjang umur yang tanpa makna.Saat turunnya wahyu awal yang menyadarkan nilai lurus kepada umat yang bernilai bengkok,sudah barang tentu lebih baik ketimbang 1000 bulan yang hanya diisi dengan perbuatan-perbuatan keji,yang hanya ditata lewat perbuatan nista.Oleh karena itu,Lailatur Qadar yang datang di bulan Ramadhan bukanlah sekedar undian malam,yang secara untung- untungan didapatkan orang.

Lailatul Qadar adalah kesadaran plus yang akan datang pada diri manusia yang bertujuan gigih menegakkan nilai-nilai Al Qur'an,lewat tafakur luhur,lewat penambangan ilmu yang tiada jemu,lewat amal penuh iman yang tanpa bosan.Tidak mungkin Lailatul Qadar itu datang dari diri muslim yang jiwa juangnya berkeping- keping,tidak utuh,munafik,dan sekuler.Mengapa ? Sebab Lailatul Qadar adalah kesadaran semesta yang tak mungkin terusung oleh porak- porandanya keutuhan iman dan Islam.

Nilai yang sangat mulia itu tidak mungkin terusung oleh kemusliman yang keropos,yang berharga hanya kulit yang dalamnya kosong bak kepompong.Manusia yang dialiri nilai Al- Qur'an dalam debit yang cepat meloncati takaran ruang waktu biasa,adalah manusia paling bahagia.Sebab hijab kesadarannya terbuka secara semesta,dalam arti bahwa sekedarannya tak sekadar kesadaran parsial,namun sebuah kesadaran nilai yang multi pikir dan multi ras.

Dan multi pikir yang bergabung dalam multi rasa atas kesadaran manusia,tak pelak lagi dapat menjelmakan kemampuan multi pandang yang tiada sumpek,ya tentang dirinya sendiri,bahkan tentang segenap ciptaan Allah dari mulai serangga yang kecil mungil,hingga keluasan jagat raya yang tiada tara.Memang Allah itu Maha Besar,yang Kemahabesarannya tak terkuak oleh takaran pikir manusia.Pada malam Lailatul Qadar para malaikat berbondong-bondong menuju bumi yang bermelodikan tasbih,tahmid dan takbir,sambil memboyong wahyu-wahyu Allah guna menyelamatkan bumi yang penuh keresahan.

Lailatul Qadar menciptakan air kedamaian kepada jiwa yang ingin dicapai.Lantas cipratan air asihNya menyegarkan kalbu yang berbakti kepada Allah,di surau-surau,di masjid-masjid luas,atau di sajadah-sajadah wangi yang tergelar di rumah- rumah reyot.

Berkat Lailatur Qadar yang agung,bumi yang mati rohani menjadi hidup kembali.Sedangkan bumi yang nilai rohaninya telah hidup akan semakin hidup lagi.Hingga terbit fajar,malam yang mulia itu akan tetap damai,berkat ilmu yang membawa iman,berkat yang mewedar ilmu.

Para malaikat berbondong membawa kabar gembira tentang hari kemenangan bagi para pejuang kebenaran.Kemenangan akhir yang tanpa meriam besi.bukan basa-basi,yang menjelmakan kesadaran akhir.

Kesadaran akhir ialah sadar betapa kecilnya manusia di tengah alam raya ini.Tatkala bintang dan plamet sujud dalam rotasi dan orbitnya,fenomena itu merupakan ayat yang tersimak penuh syukur sehingga manusia malu andai tak sujud.

Tatkala pohon bertangkai,berdaun,berbunga,dan berbuah berkat rukuknya.alangkah malu mukmim yang sadar andai tak rukuk.Apa yang dipandang di seputarnya,dari tabiat semut hingga gajah,dari tabiat rumput hingga jati yang diberikati,dari tabiat air yang membeku,dari tabiat awan yang menurunkan hujan,bahkan dari tawon yang membingkiskan madu,sudah bukan lagi merupakan sebuah tontonan kosong.

Semuanya jadi terkesima berkat kesadaran akhir,yang membuahkan rasa kagun terhadap sang kreator para makhluk,yang kekaguman itu menjelmakan rasa syukur dan meredam kufur.Lailatul Qadar yang memahatkan rasa syukur kepada insan terpilih,syukurnya akan membuahkan amal yang amat indah,amal yang tanpa pamrih materi,amal saleh demi pengabdian terhadap Yang Maha Esa,sebagai realisasi dari rohani hidup yang menebarkan nilai kehidupan damai bagi pribadinya,sanak keluarganya,bahkan bagi masyarakat sekitarnya.

Dan bagi abdi yang berkalbu indah,tetangga adalah kerabat dekatnya,sesama muslim adalah saudara seperjuangannya,kemiskinan adalah lahan santunannya,dan para yatim piatu menjadi anak asuh yang dicintainya.

Ternyata Al-Qur'an yang mulia diwahyukan di malam Qadar yang penuh berkah itu keindahannya bukanlah sekedarsusunan kata- katanya,atau sekedar masih membacanya.namun bagi kesadaran akhir sejauh mana Al-Quran itu diamalkan.Walhasil,bagi kesadaran akhir,Qur'an yang "hidup" menjelmakan amal yang hidup,Qur'an yang indah menjelmakan amal yang indah,yang keindahannya melebihi segala yang indah.

KETIBAN SIAL KARENA MENINGGALKAN SHOLAT TARAWIH

Pada waktu itu bertepatan bulan suci Ramadhan.Kebetulan waktu saya kerja di Karawang,PT di tempatku bekerja karyawannya diharuskan dan tidak diperbolehkan tingga di luar,melainkan harus tinggal di mess yang sudah disiapkan oleh perusahaan tersebut.Sudah menjadi kebiasaan di mess,kalau bulan suci Ramadhan selalu diadakan sholat tarawih berjamaah. 

Pada suatu malam,saya dan teman saya,berniat menyusun rencana untuk tidak sholat Tarawih,saya dan teman saya menelusup keluar dengan mengendarai sepeda,sampai di luar kami sangat gembira karena kami dapat melaksanakan rencana yang telah kami susun berdua.Sambil berboncengan,saya dan teman saya bersenda gurau.Tanpa kami sadari kami sudah di persimpangan jalan yang akan kami tuju. 

Saya dan teman saya tambah semakin gembira karena tidak akan lama lagi kami akan sampai di tempat tujuan.Pada saat itulah arah yang berlawanan ada seorang pemuda yang sedang mengendarai sepeda motor,karena saya terlalu kencang mengendarai sepeda,saya sempat bingung pemuda pengendara sepeda motor itu mau belok kanan atau kiri,karena pas di tengah-tengah jalan itu ada sebuah tugu yang cukup tinggi.Karena tidak dapat mengatasi situasi,akhirnya saya menabrak tugu itu.Tidak disangsikan lagi,sepeda yang saya kendarai jatuh dan kami berguling di aspal.Akibatnya kuku ibu jari kaki saya lepas dan lutut serta kulit teman saya pun terkelupas.Dengan bersusah payah,saya dan teman meringis menahan sakit,namun perlahan-lahan kami tetap berjalan sambil membawa sepeda yang sudah tidak beraturan lagibentuknya. 

Sampai di tempat yang kami tuju,tempat saudara satu kampung saya,alangkah terkejutnya dia melihat kami yang sudah luka dan berdarah yang sejak tadi mengalir.Tanpa menunggu lama,kami langsung disuruh masuk dan membersikan luka dengan air hangat dan memberi obat luka serta perban untuk pembalut luka.Setelah beberapa bulan kemudian,Alhamdulillah kuku ibu jari saya sembuh dan tumbuh seperti sedia kala.

HAL-HAL YANG MEMBATALKAN PUASA

1.MAKAN DAN MINUM DENGAN SENGAJA

Semua ulama mazhab sepakat kalau hal ini wajib di qadha.Namun,mereka berbeda pendapat dalam menetapkan kewajiban kafarah.Imam Syafi'i dan Hambali tidak mewajibkan pendapat ini yang paling banyak di gunakan,sementara Imam Hanafi mewajibkannya.Sedang bagi orang yang makan dan minum dengan atau karena lupa,maka tidak harus mengqadha dan tidak pula membayar kafarah.

2.MENGELUARKAN SPERMA 

Sperma (air mani) bukan karena persetubuhan (istimna'/onani/masturbasi),baik istimna' yang diharamkan seperti mengeluarkan air mani dengan tangan sendiri maupun istimna' dengan tangan istri.Begitu juga,puasa seseorang akan batal karena mengeluarkan air mani disebabkan oleh bersentuhan,mencium,atau tidur dengan perempuan tanpa mengenakan pakaian.Semua ini diwajibkan mengqadha.Sedangkan,bersetubuh secara sengaja di siang hari itu membatalkan puasa dengan kewajiban mengqadha dan membayar kafarah.Semua ulama mazhab menyepakati hal ini.Cara membayar kafarahnya adalah: 

1.Memerdekakan budak. 
2.Bila hal ke 1 tidak mampu,maka diwajibkan puasa selama dua bulan berturut-turut.
3.Jika yang ke 2 tidak bisa dipenuhi,maka ia harus memberikan makan kepada enam puluh orang fakir miskin.Sistim pembayaran kafarah tersebut berdasarkan pendapat Imam Syafi'I,Namun,menurut Imam Hanafi.Namun,menurut Imam Malik,tiga bentuk kafarah itu bisa dipilih.Artinya seorang mukallaf diperbolehkan untuk memilih salah satunya sesuai kehendaknya.

3.MUNTAH DENGAN SENGAJA 

Imam Syafi'i dan Imam Malik berpendapat bahwamuntah dengan sengaja wajib mengqadha.Tetapi menurut Imam Hanafi,orang muntah itu tidak membatalkan puasa,kecuali kalau muntahnya itu memenuhi mulutnya.Sedang Imam Hambali berpendapat kalau muntah karena terpaksa itu tidak membatalkan puasa.

4.KEMASUKAN AIR BEKAS BERKUMUR 

(istinsyaq) yang disyariatkan ke dalam tenggorokan.Dengan catatan berkumur atau istinsyaqnya itu dilakukan secara berlebihan. 

5.MENELAN INGUS ATAU DAHAK 

Yakni,ingus atau dahak yang turun dari kepala atau tenggorokan.Adapun jika ingus atau dahak itu tertelan dengan sendirinya dan tidak bisa dibuang,maka puasa seseorang itu tidak batal.

6.KEMASUKAN SESUATU KE DALAM TENGGOROKAN 

Walaupun sebesar semut kecil atau kemasukan sesuatu benda yang tidak bisa dimakan seperti batu kerikil atau tanah.

7.DISUNTIK DENGAN CAIRAN 

Hal ini dapat membatalkan puasa.Karena itu bagi yang disuntik diwajibkan mengqadha.Begitulah semua ulama mazhab berpendapat.

MENYONGSONG LAILATUL QADAR DENGAN I'TIKAF

Banyak orang ingin menemukan Lailatul Qadar,malam istimewa yang dikatakan Qur'an sebagai "malam yang lebih baik dari seribu bulan." Mereka ingin menyaksikan bagaimana para malaikat dan Jibril turun ke bumi dengan izin Allah.Dengan penuh harap mereka ingin menyaksikan peristiwa yang terjadi setahun sekali itu.

Mungkinkah itu terjadi ? Menurut Nabi peristiwa itu muncul setiap bulan Ramadhan.Demikian diterangkan dalam sebuah hadist.Namun,malam ke berapa,memang tanggal 17 bulan Ramadhan karena pada malam itulah wahyu pertama diturunkan.Tapi sebagian ulama lagi mengatakan pada malam- malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.Jadi sangat memungkinkan bagi siapa pun untuk menemukan malam kemuliaan itu pada waktu-waktu tersebut.

Bagaimana cara menemukan Lailatul Qadar ? Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadist yang bersumber dari Siti Aisyah: Bahkan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan Beliau SAW mengikatkan kainnya (tidak berhubungan intim) dan menghidupkan malamnya dengan ibadah serta membangunkan keluarganya.Jelasnya pada sepuluh hari terakhir itu Rasulullah SAW beri'tikaf.

Pengertian i'tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.Menurut Ibnu Rajab,i'tikaf itu memutuskan hubungan dengan selain Allah dan menghubungkan diri dengan Allah terus menerus tanpa terputus.

Prilaku i'tikaf ini diikuti oleh isteri-isteri Nabi dan juga para sahabat.Setelah Beliau wafat ibadah ini tetap mereka jalankan.Sebagai sarana untuk dapat menemukan Lailatul Qadar.Para ulama yang datang kemudian juga melalukan hal yang sama.

Karena itu siapapun yang ingin menyaksikan malam kemuliaan itu harus melakukan i'tikaf.Sebagaimana yang dilakukan Nabi,para sahabat dan ahli warisnya.Maka penting sekali memahami seluk-beluk i'tikaf.
Berikut ini uraiannya:

1.I'tikaf harus dilakukan di masjid Jami',yakni masjid yang memiliki jamaah yang besar.Hal ini agar mu'takif (orang yang beri'tikaf) tidak ketinggalan berjamaah shalat lima waktu dan sholat Jum'at.

2.I'tikaf dimulai waktu Shubuh tanggal 20 Ramadhan.Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan,Rasulullah SAW,jika i'tikaf Beliau shalat fajar (Subuh).Lalu masuk ke tempat i'tikaf.

3.Selama i'tikaf,mu'takif (orang yang beri'tikaf) harus banyak melakukan shalat sunnah,membaca Al-Qur'an dan berdzikir kepadaNya dengan mengucapkan istigfar,tasbih,tahmid,tahlil dan shalawat kepada Khanjeng Nabi SAW.

4.Syarat syah i'tikaf ada tiga macam,yaitu Islam,berakal sehat dan suci dari hadas besar (haid,nifas,melahirkan,keluar mani dan bersetubuh walau tak keluar mani).Jika seseorang mengalami hadas besar,maka terlebih dahulu harus melakukan mandi besar (junub),sebelum i'tikaf.Yaitu membasuh seluruh badan dengan air suci.Seseorang yang mengalami hadas besar bukan hanya tidak syah beri'tikaf tetapi juga dilarang tinggal di masjid walaupun tidak untuk i'tikaf.

5.I'tikaf masjid batal karena terjadi dua hal,yaitu bersetubuh dan keluar masjid tanpa udzur (halangan).Firman Allah SWT, "Janganlah kamu campur dengan isterimu sedangkan kamu i'tikaf dalam masjid. (QS.Al-Baqarah:187).

6.Keluar masjid untuk melakukan mandi atau buang hajad tidak membatalkan i'tikaf.Begitu pula keluar untuk berwudhu.

7.Termasuk kegiatan i'tikaf,membaca kitab-kitab tafsir dan menelaah kitab-kitab hadist.

8.Seseorang yang sedang beri'ktikaf tidak banyak bicara di masjid apalagi bicara masalah dunia.Namun bukan berarti harus membisu.Ketika ada orang bertanya dia harus menjawabnya.

Dengan uraian tersebut,tampaklah bahwa i'tikaf itu cukup berat.Bagi orang- orang yang sibuk rasanya sulit sekali melakukannya.Bahkan bagi para pilot,masinis,atau mereka yang mobilitasnya tinggi hampir mustahil melakukan i'tikaf.Karena mereka bekerja sesuai jadwal waktu yang ketat.Begitu juga seorang polisi lalu lintas tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya untuk melakukan i'tikaf di masjid,kecuali bila dia sedang mendapat cuti panjang.

Masalahnya sekarang apakah tanpa i'tikaf Lailatul Qadar tak dapat disaksikan ? Pada prinsipnya di mana pun orang bisa menyaksikannya,tidak harus di dalam masjid.Karena peristiwa itu disaksikan bukan dengan mata lahir tapi dengan mata batin,dengan hati nurani.

Sedangkan hati nurani tidak dapat dibatasi ruang dan waktu.Yang penting hati bisa terus berkonsentrasi.Namun tentu saja hati sangat dipengaruhi penglihatan dan pendengaran.Berkonsentrasi di tempat ramai jauh lebih sulit dibandingkan jika di tempat sepi.

Barangkali inilah pentingnya i'tikaf di masjid.Karena itu Nabi SAW,para sahabat,juga para ulama hingga kini sengaja menyediakan waktu untuk itu.Memang,menyediakan waktu untuk beri'tikaf di zaman modern seperti sekarang bukan hal mudah.Sekali lagi,kesibukan duniawi seakan menjadi suatu penghalang yang sangat besar.Terutama bagi orang yang bekerja di sebuah instansi atau perusahaan yang menuntut disiplin waktu.Gara-gara i'tikaf orang bisa dipecat.Atau gara- gara i'tikaf orang kehilangan kesempatan mendapatkan uang untuk menafkahi keluarganya.

Namun patut juga diingat bahwa Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.Jauh lebih berharga dari uang dan perak serta emas.Jadi,bila memungkinkan,sedapat mungkin berusahalah untuk melakukan i'tikaf.