HALAMAN

Kamis, 30 Desember 2010

PERTEMUAN GAIB DENGAN NABI KHIDIR

Saya dilahirkan dari keluarga yang cukup berada,sehingga hampir tidak ada kesulitan yang berarti dalam masa-masa kehidupan ini.Semuanya terpenuhi dengan baik.Mulai dari keperluan sekolah,pergaulan,serta berbagai macam fasilitas penunjang kehidupan ini saya dapatkan dari kedua orang tua saya.

Selain dari keluarga yang cukup berada,keluarga kami juga merupakan keluarga yang cukup taat menjalankan syariat agama Islam.Sejak kecil saya dikenal keluarga saya sebagai anak yang jarang melewatkan 1 haripun dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.Walau hidup dalam kelimpahan materi,namun ini semua tidak membuat saya tinggi hati.Saya dikenal anak yang ramah,sopan,dan tekun menjalankan ibadah sholat 5 waktu.

Masa kecil saya sampai saatnya memasuki masa kuliah,saya jalani dengan bahagia bersama keluarga saya.Saya kuliah di fakulitas teknik pada salah satu perguruan tinggi swasta favorit di kota Yogyakarta.Dalam masa kuliah ini saya juga mencoba untuk membuka usaha kursus komputer bekerja sama dengan salah seorang kawan kuliah saya.Dia adalah seorang gadis yang lembut,manis,dan cantik.

Di kota Yogyakarta,saya juga semakin mendalami pengetahuan tentang agama Islam.Salah satunya,saya bergabung dengan majelis dzikir bernama Tanajuth Thorqi,yang bermarkas di Karangwaru Lor,Sleman,Yogyakarta.Majelis dzikir ini dipimpin oleh Mas Setianto,seorang dosen teknik perguruan tinggi Yogyakarta.

Selama lebih dari 3 tahun saya mempelajari dan mendalami teknik dan metod e berdzikir,sehingga saya mulai dapat memperoleh
petunjuk gaib dari segala permasalahan yang saya hadapi.Mulai dari masalah pribadi oranglain,sampai masalah negara.

Dari kemampuan memperoleh petunjuk gaib ini,saya juga belajar untuk menterjemahkannya berdasarkan ilmu pengetahuan logika,sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.Dalam berdzikir saya memilih beberapa nama terindah milik Allah SWT (Asmaul Husna),dan kalimat Bismillahirrahmannirrahiim sebagai wiritan rutin setiap hari.

Dengan menjalankan amalan tersebut,usaha komputer yang saya tekuni meningkat pesat,sehingga membuat saya makin sibuk disela-sela kuliah.Selain kesibukan usaha dan kuliah,Saya juga disibukkan dengan berbagai kegiatan organisasi kemasyarakatan.

Ketekunan menjalankan amalan dzikir seperti tersebut tadi,selain meningkatkan kesibukan,juga meningkatkan kehidupan ekonomi saya.Sebagai buktinya,ketika itu saya dapat mempunyai rumah type 45 dan 2 mobil minibus.Sayangnya berawal dari keyakinan saya yang besar terhadap kekuatan dzikir yang mampu meningkatkan taraf kehidupan saya,saya mulai sedikit melupakan ibadah wajib.Ya,saya mulai meninggalkan puasa,padahal dari kecil saya dikenal sebagai anak yang jarang meninggalkan puasa di Bulan Ramadhan.Bayangkan,saya tinggalkan puasa.Bahkan,setelah bertahun-tahun menjalani dzikir,saya hanya paling banyak 7 hari berpuasa di bulan Ramadhan.

Dengan kesombongan dan keangkuhan yang ada dalam diri ini,saya mencari pembenaran tentang puasa yang saya lakukan dengan cara merubah pola makan saya,yang sebelumnya saya makan 3 kali sehari
menjadi 2 kali dalam sehari.Hal ini bahkan saya lakukan sangat lama,sudah lebih dari 12 tahun.

Saya semakin maningkatkan amalan saya dalam berdzikir sebagai ibadah utama saya dalam berdzikir sebagai ibadah utama saya.Padahal,sholat wajib yang 5 waktu kerap saya lupakan karena begitu sibuknya saya dalam menjalani aktivitas.Jauh hari,kealpaan semacam ini tak pernah saya lakukan.

Kehidupan yang sukses serta dengan segala kemudahannya saya lewati,sampai saya menyelesaikan kuliah dan menjadi seorang sarjana teknik.Dengan bekal ijazah sarjana serta kekuatan dzikir yang telah saya yakini selama ini memotivasi saya untuk mencoba bekerja dengan berdasarkan keahlian saya.Usaya komputer yang telah ada saya serahkan pada rekan usaha yang juga calon isteri saya untuk dilanjutkan,sebab pada saat itu dia memang masih kuliah di tingkat akhir.Saya sendiri memilih bekerja pada salah satu perusahaan asing di Jakarta.Tentu saja hal ini membuat saya banyak berhubungan dengan orang asing.Celakanya,lambat laun suasana lingkuangan tempat bekerja telah merubah pola hidup saya.Contoh yang paling gampang,saya mulai sering mengkonsumsi minuman keras,juga tambah sering meninggalkan sholat,Hal yang pertama sebelumnya tak pernah saya lakukan.

Hanya dzikirlah yang tidak pernah saya tinggalkan.Mengapa ini terjadi? Semata-mata hanya karena faktor duniawi.Kebutuhan ekonomi yang cukup dan kemudahan hidup yang saya dapatkan selama ini mempertebal keyakinan saya bahwa ilmu dzikir yang saya pelajari telah membuat saya merasa paling benar
karena selalu merasa mendapat petunjuk ALLAH SWT bila saya membutuhkannya.Saya menganalisa semua petunjuk gaib yang saya peroleh dengan kekuatan pikiran,untuk kemudian di aplikasikan.Mungkin,itulah yang mendorong keberhasilan saya.Tapi sangat disayangkan,saya tak lagi harus konsekuen terhadap ibadah-ibadah wajib seperti sholat dan puasa.

Dengan ilmu dzikir yang saya kuasai,saya juga mulai tidak suka mendengarkan ceramah dari para ulama,seperti misalnya khotbah di setiap sholat Jum'at.Saya menganggap mereka itu hanya mampu bicara dan mengutip dalil-dalil dari kitab suci tanpa diolah,dianalisa,apalagi diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

Gaya hidup kebarat-baratan di satu sisi,dan keyakinan kekuatan dzikir disisi lain membuat diri saya sombong dalam menjalankan hidup ini.Hingga tiba satu peristiwa di suatu hari yang kemudian menyadarkan saya dari semua kesalahan ini.Ketika itu saya merasakan kepala yang sangat sakit.Begitu sakitnya sehingga mata saya terus menerus mengeluarkan air mata seperti orang menangis.Anehnya,sakit kepala ini berlangsung sampai beberapa hari lamanya.

Saya telah berobat ke beberapa dokter,bahkan terakhir saya periksakan kondisi saya kepada dokter ahli syaraf.Sang dokter menyatakan bahwa saya menderita pembengkakan syaraf otak.Hal ini mengharuskan saya untuk menghentikan aktivitas kerja saya yang memeras pikiran,dan juga aktivitas lain seperti berkendaraan,tidur dengan penerangan dan lain-lain yang dapat meningkatkan ketegangan syaraf otak.

Sakit kepala itu ternyata terus
berlangsung.Dalam masa perawatan,saya memutuskan keluar dari pekerjaan saya dan saya kembali ke Yogyakarta agar dapat ditemani dan dirawat calon isteri saya.Karena tidak bekerja dan juga dekat dengan perkumpulan majelis dzikir,maka saya semakin mendalami ilmu dzikir.Kekuatan ritual ini mengakibatkan saya mampu untuk memprediksi kejadian di masa yang akan datang,khususnya untuk meningkatkan taraf hidup dan jenjang karir dalam pekerjaan.

Setelah beberapa bulan saya dinyatakan sembuh dari perawatan terapi medis,suatu pagi saya mendengar kabar buruk,yaitu calon isteri saya mengalami kecelakaan.Mobilnya tertabrak truk di jalan raya Parang Tritis.Akibat kecelakaan ini salah satu kakinya mengalami patah tulang 2 bagian dan harus menjalani operasi dan perawatan di rumah sakit.Ketika itu,ada satu pernyataan dokter yang membuat saya terpukul.Katanya,disebabkan kecelakaan tersebut maka calon isteri saya akan sulit mempunyai anak disebabkan rahimnya terluka karena benturan keras,dan tulang pinggulnya retak.

Saya menyadari bahwa cobaan demi cobaan sedang menguji keimanan saya.Cobaan tersebut makin mendorong saya untuk lebih tekun lagi mengembangkan ilmu dzikir yang saya kuasai.Saya yakin bahwa Allah SWT akan mendengar doa hamba-hambaNya.Tehnik dan metode dzikir untuk pengobatan dan penyembuhan saya kuasai dengan orang yang menjadi pasien pertama saya adalah calon isteri saya sendiri.Hasilnya,dari 3 bulan perkiraan bahwa isteri saya dapat berjalan kembali normal,tetapi dengan teknik dan metode terapi disertai energi
dzikir mempercepat proses tersebut menjadi hanya 1 bulan.

Setelah kesehatan calon isteri saya pulih,saya segera menikahinya,walaupun dia belum menyelesaikan kuliahnya.Tidak ada keraguan sedikitpun untuk menikahinya mengingat vonis dokter tentang kesulitan mempunyai keturunan.Usaha dan harta yang telah saya miliki selama di Yogyakarta dijual semua untuk biaya hidup baru di Jakarta.Selama saya belum mendapatkan pekerjaan,uang itu kami gunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup kami.Di Jakarta saya menempati salah satu rumah orang tua saya yang cukup besar,terletak di kawasan Pondok Gede,Bekasi.

Hidup ini adalah cobaan.Maka kita harus mengatasi berbagai cobaan itu,baik cobaan dalam bentuk kesenangan,maupun bentuk kesusahan.Itulah keyakinan yang sekaligus juga merupakan kesombongan saya.

Sejak tinggal di tempat yang baru seperti biasanya,setiap malam sehabis sholat Hajat 2 rokaat,saya mematikan lampu penerangan kamar dan setelah itu saya bersila.Sambil mengikuti keluar masuknya nafas melalui hidung,saya mulai melakukan dzikir nufus,yaitu masuknya nafas mengucapkan dalam hati Hu,sedang ketika keluarnya nafas dalam hati mengucapkan Allah.Setelah beberapa waktu melakukan dzikir ini badan terasa nyaman dan jantung terasa berdetak lebut dan teratur.

Saya mulai mengalihkan konsentrasi merubah dzikir nufus mengjadi dzikir mengikuti detak jangtung,yaitu setiap detak jantung mengucapkan dalam hati Allah...Allah...Allah...dst.Tenggelam dalam detak keagungan dan kebesaran Allah SWT,panca indera terasa terkunci dan
kebesaran Allah SWT,panca indera terasa terkunci dan denyut jantung yang berdzikir menyebarkan denyutnya melalui aliran pembuluh darah,ke seluruh sel-sel tubuh sehingga seluruh tubuh berzikir Allah...Allah...Allah.

Malam itu kejadiannya tidak seperti biasa.Biasanya,setelah tubuh saya berdzikir,maka saya dapat mengendalikan tujuan saya untuk mendapatkan petunjuk yang menjadi hajat saya.Tapi kali ini tubuh saya terasa bagai terangkat dan diayun-ayunkan oleh suatu kekuatan yang tidak nampak.Detik berikutnya tubuh saya seperti dilemparkan oleh tiupan angin yang begitu keras bagai badai.Lalu,dalam kondisi tersebut tubuh saya tetap berdzikir.Sampai setelah terombang-ambing oleh tiupan angin,tubuh saya terasa berada di atas sebuah danau atau rungai.Saya tidak begitu jelas melihat dimana sungai itu berada.Tapi yang pasti,saya melihat di sungai itu ada sebuah kipas raksasa.Saya berusaha untuk melompati kipas raksasa yang berputar itu,dengan arah putarannya searah dengan saya.Setelah melewati kipas raksasa itu saya telah berdiri di hamparan pasir putih di pinggir suatu pantai.

Pandangan saya alihkan ke arah laut,terlihat gelombang laut berupa ombak yang pecah menghantam batu-batu-karang besar di sekitar pantai.Saya keheranan dan bertanya,mengapa kali ini saya bisa berada di tempat seperti itu?

Sebelum saya bisa menjawab pertanyaan tersebut,saya telah terbuai dengan belaian angin pantai yang terasa lembut menerpa wajah.Suasana di pantai itu seperti senja hari.Buktinya,langit tampak kuning kemerah-merahan,sehingga
membuat saya merasa sangat nyaman dan bahagia.

Di tengah menikmati indahnya pantai itu,suara seseorang mengagetkan,"Assalamu'alaikum!"

Secara spontan saya menoleh kesamping kanan.Di sana telah berdiri seorang laki-laki berperawakan kekar,tampan berkulit kuning dengan penampilan seperti seorang nelayan.

"Wa'alaikum salam!" Jawabku.Laki-laki itu menjabat tanganku,aku pun menyambutnya dengan erat.Namun,aku kembali merasa aneh.Jari-jari tangan lelaki itu terasa empuk laksana kapas,bahkan sepertinya jari-jari tangan itu rata.

"Saya tahu Anda telah mempelajari ilmu dzikir cukup lama,tetapi itu semua belum menempatkan Anda sebagai seorang hamba Allah.Perbaikilah cara belajar Anda!" Katanya dengan suara tenang berwibawa.

Rasa takut segera menyelimuti hatiku setelah laki-laki itu menyelesaikan kata-katanya.

"Anda ini siapa?" Tanya saya dengan sedikit memendam rasa takjim bercampur takut.

Dengan senyum lembut laki-laki itu menjawab, "Saya Nabi Khidir.Sekarang Anda kembalilah.Wassalamu'alaikum!"

Setelah mendengar perkataan tersebut,tanpa sempat untuk berkata-kata lagi,tiba-tiba saya mendapat diri saya masih dalam posisi ketika melakukan dzikir.

Sejak kejadian aneh itu,selama beberapa hari hati saya masih diselimuti oleh ketakutan dan kebingungan.Bagaimana mungkin setelah lebih dari 10 tahun saya mengamalkan dzikir,saya masih dianggap belum benar,padahal amalan itu telah menumbuhkan keyakinan saya,mendorong kesuksesan saya,dan mengatasi segala kesulitan yang saya hadapi.

Akhirnya,saya coba menanyakan hal
ini melalui telepon kepada Mas Setianto,pembimbing saya di Yogyakarta.Mas Setianto menjawab bahwa menurutnya bukan ilmu dzikirnya yang salah,tetapi mungkin penerapannya secara perilaku saya sehari-hari yang belum mencerminkan sebagai seorang yang berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sebagai seorang yang sudah terbiasa mengolah dan menganalisa petunjuk gaib untuk diaplikasikan,saya segera mengambil sikap untuk memperbaiki perilaku saya.Saya buka kembali Al-Qur'an dan hadist,saya juga banyak membaca buku-buku yang ditulis oleh para ulama,juga kembali mendengarkan apa yang disampaikan dalam khotbah Jum'at oleh para ulama.

Tak hanya itu,saya juga kembali tekun melaksanakan sholat wajib dan puasa di bulan Ramadhan,ditambah dengan puasa sunah setiap hari Senin dan Kamis.Dalam berdzikir saya hanya melakukan dzikir lisan sehabis sholat wajib,tidak lagi berusaha memanfaatkan kekuatannya untuk segala keinginan saya.

Akhirnya,saya menemukan kepasrahan kepada Allah SWT dalam menghadapi segala cobaan hidup ini,baik kesenangan atau pun kesusahan.

Sekarang ini,setelah lebih dari 7 tahun sejak saya bertemu secara gaib dengan Nabi Khidir,dan setelah saya merubah gaya hidup saya sesuai dengan tuntunan syariat Islam,ternyata Allah SWT menunjukkan kebesarannya dengan memberikan keturunan.Dari prediksi semula yang katanya isteri saya akan sulit mempunyai keturunan,ternyata kini saya telah mempunyai 2 orang anak laki-laki yang sehat.

Taraf kehidupan keluarga saya pun sangat baik,meski pekerjaan saya pun sangat
baik,meski pekerjaan saya hanya rebagai seorang Project Enginier untuk proyek industri yang bersifat tidak tetap.Isteri saya juga bekerja sebagai tenaga pemasaran pada perusahaan produk industri dengan karir yang cukup baik.

Sebagai hamba Allah yang selalu berusaha mendekatkan diri kepada Sang Pencipta,sudah 3 tahun ini saya telah mempunyai 3 orang anak asuh untuk disekolahkan,salah satunya telah memasuki perguruan tinggi.Selain itu,rumah tangga saya juga hidup berkecukupan serta selalu dalam keadaan sehat,sakit kepala saya juga tidak pernah kambuh.

Apakah saya telah memperbaiki cara belajar saya dalam berdzikir,seperti yaog pernah dikatakan Nabi Khidir? Kesimpulan saya adalah berdzikir bukan lagi memanfaatkan kekuatan dzikir itu untuk kepentingan saya,tetapi berdzikir adalah mengingat dan bersyukur sebagai hambaNya,serta berperilaku sesuai dengan tuntunan RasulNya untuk menghadapi segala cobaan hidup ini.

Semoga kisah ini dapat menjadi sebuah pelajara berharga,terutama dalam upaya kita melakukan ibadah secara ikhlas dan niat hanya karena Allah SWT.

3 komentar:

  1. Assalamu'alaikum Wr.... Wb.... Salam kenal Pak, kenalkan sy Chandra. Sy sangat tertarik dengan artikel yg Bapak sampaikan. Maaf kalau boleh tahu dr Majelis dzikir Tanajuth Trorqie tsb apa ada hubungannya dengan Majelis yg pernah Bapak Heru pimpin ? Dulu Beliau pernah tinggal di Balapan jln. Solo, kemudian setelah nikah pernah tinggal di daerah sebelah selatan TVRI Kutu wass...

    BalasHapus
  2. Artikel bohong,aku tak percaya.yang saya tahu nabi khidir kalau dipegang seperti orang biasa,tak seperti kata-kata diartikel itu.

    BalasHapus
  3. apabila nabi khidir as masuk ke dalam alam bawah sadar kita maka bisa menjadi apa saja

    BalasHapus