Saya dilahirkan dari keluarga yang
cukup berada,sehingga hampir tidak ada kesulitan yang berarti dalam
masa-masa kehidupan ini.Semuanya terpenuhi dengan baik.Mulai dari
keperluan sekolah,pergaulan,serta berbagai macam fasilitas penunjang
kehidupan ini saya dapatkan dari kedua orang tua saya.
Selain dari keluarga yang cukup berada,keluarga kami juga merupakan
keluarga yang cukup taat menjalankan syariat agama Islam.Sejak kecil
saya dikenal keluarga saya sebagai anak yang jarang melewatkan 1 haripun
dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.Walau hidup dalam
kelimpahan materi,namun ini semua tidak membuat saya tinggi hati.Saya
dikenal anak yang ramah,sopan,dan tekun menjalankan ibadah sholat 5
waktu.
Masa kecil saya sampai saatnya memasuki masa kuliah,saya jalani dengan
bahagia bersama keluarga saya.Saya kuliah di fakulitas teknik pada salah
satu perguruan tinggi swasta favorit di kota Yogyakarta.Dalam masa
kuliah ini saya juga mencoba untuk membuka usaha kursus komputer bekerja
sama dengan salah seorang kawan kuliah saya.Dia adalah seorang gadis
yang lembut,manis,dan cantik.
Di kota Yogyakarta,saya juga semakin mendalami pengetahuan tentang agama
Islam.Salah satunya,saya bergabung dengan majelis dzikir bernama
Tanajuth Thorqi,yang bermarkas di Karangwaru
Lor,Sleman,Yogyakarta.Majelis dzikir ini dipimpin oleh Mas
Setianto,seorang dosen teknik perguruan tinggi Yogyakarta.
Selama lebih dari 3 tahun saya mempelajari dan mendalami teknik dan metod e berdzikir,sehingga saya mulai dapat memperoleh
petunjuk gaib dari segala permasalahan yang saya hadapi.Mulai dari masalah pribadi oranglain,sampai masalah negara.
Dari kemampuan memperoleh petunjuk gaib ini,saya juga belajar untuk
menterjemahkannya berdasarkan ilmu pengetahuan logika,sehingga dapat
diaplikasikan dalam kehidupan nyata.Dalam berdzikir saya memilih
beberapa nama terindah milik Allah SWT (Asmaul Husna),dan kalimat
Bismillahirrahmannirrahiim sebagai wiritan rutin setiap hari.
Dengan menjalankan amalan tersebut,usaha komputer yang saya tekuni
meningkat pesat,sehingga membuat saya makin sibuk disela-sela
kuliah.Selain kesibukan usaha dan kuliah,Saya juga disibukkan dengan
berbagai kegiatan organisasi kemasyarakatan.
Ketekunan menjalankan amalan dzikir seperti tersebut tadi,selain
meningkatkan kesibukan,juga meningkatkan kehidupan ekonomi saya.Sebagai
buktinya,ketika itu saya dapat mempunyai rumah type 45 dan 2 mobil
minibus.Sayangnya berawal dari keyakinan saya yang besar terhadap
kekuatan dzikir yang mampu meningkatkan taraf kehidupan saya,saya mulai
sedikit melupakan ibadah wajib.Ya,saya mulai meninggalkan puasa,padahal
dari kecil saya dikenal sebagai anak yang jarang meninggalkan puasa di
Bulan Ramadhan.Bayangkan,saya tinggalkan puasa.Bahkan,setelah
bertahun-tahun menjalani dzikir,saya hanya paling banyak 7 hari berpuasa
di bulan Ramadhan.
Dengan kesombongan dan keangkuhan yang ada dalam diri ini,saya mencari
pembenaran tentang puasa yang saya lakukan dengan cara merubah pola
makan saya,yang sebelumnya saya makan 3 kali sehari
menjadi 2 kali dalam sehari.Hal ini bahkan saya lakukan sangat lama,sudah lebih dari 12 tahun.
Saya semakin maningkatkan amalan saya dalam berdzikir sebagai ibadah
utama saya dalam berdzikir sebagai ibadah utama saya.Padahal,sholat
wajib yang 5 waktu kerap saya lupakan karena begitu sibuknya saya dalam
menjalani aktivitas.Jauh hari,kealpaan semacam ini tak pernah saya
lakukan.
Kehidupan yang sukses serta dengan segala kemudahannya saya
lewati,sampai saya menyelesaikan kuliah dan menjadi seorang sarjana
teknik.Dengan bekal ijazah sarjana serta kekuatan dzikir yang telah saya
yakini selama ini memotivasi saya untuk mencoba bekerja dengan
berdasarkan keahlian saya.Usaya komputer yang telah ada saya serahkan
pada rekan usaha yang juga calon isteri saya untuk dilanjutkan,sebab
pada saat itu dia memang masih kuliah di tingkat akhir.Saya sendiri
memilih bekerja pada salah satu perusahaan asing di Jakarta.Tentu saja
hal ini membuat saya banyak berhubungan dengan orang
asing.Celakanya,lambat laun suasana lingkuangan tempat bekerja telah
merubah pola hidup saya.Contoh yang paling gampang,saya mulai sering
mengkonsumsi minuman keras,juga tambah sering meninggalkan sholat,Hal
yang pertama sebelumnya tak pernah saya lakukan.
Hanya dzikirlah yang tidak pernah saya tinggalkan.Mengapa ini terjadi?
Semata-mata hanya karena faktor duniawi.Kebutuhan ekonomi yang cukup dan
kemudahan hidup yang saya dapatkan selama ini mempertebal keyakinan
saya bahwa ilmu dzikir yang saya pelajari telah membuat saya merasa
paling benar
karena selalu merasa mendapat petunjuk ALLAH SWT bila saya
membutuhkannya.Saya menganalisa semua petunjuk gaib yang saya peroleh
dengan kekuatan pikiran,untuk kemudian di aplikasikan.Mungkin,itulah
yang mendorong keberhasilan saya.Tapi sangat disayangkan,saya tak lagi
harus konsekuen terhadap ibadah-ibadah wajib seperti sholat dan puasa.
Dengan ilmu dzikir yang saya kuasai,saya juga mulai tidak suka
mendengarkan ceramah dari para ulama,seperti misalnya khotbah di setiap
sholat Jum'at.Saya menganggap mereka itu hanya mampu bicara dan mengutip
dalil-dalil dari kitab suci tanpa diolah,dianalisa,apalagi
diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Gaya hidup kebarat-baratan di satu sisi,dan keyakinan kekuatan dzikir
disisi lain membuat diri saya sombong dalam menjalankan hidup ini.Hingga
tiba satu peristiwa di suatu hari yang kemudian menyadarkan saya dari
semua kesalahan ini.Ketika itu saya merasakan kepala yang sangat
sakit.Begitu sakitnya sehingga mata saya terus menerus mengeluarkan air
mata seperti orang menangis.Anehnya,sakit kepala ini berlangsung sampai
beberapa hari lamanya.
Saya telah berobat ke beberapa dokter,bahkan terakhir saya periksakan
kondisi saya kepada dokter ahli syaraf.Sang dokter menyatakan bahwa saya
menderita pembengkakan syaraf otak.Hal ini mengharuskan saya untuk
menghentikan aktivitas kerja saya yang memeras pikiran,dan juga
aktivitas lain seperti berkendaraan,tidur dengan penerangan dan
lain-lain yang dapat meningkatkan ketegangan syaraf otak.
Sakit kepala itu ternyata terus
berlangsung.Dalam masa perawatan,saya memutuskan keluar dari pekerjaan
saya dan saya kembali ke Yogyakarta agar dapat ditemani dan dirawat
calon isteri saya.Karena tidak bekerja dan juga dekat dengan perkumpulan
majelis dzikir,maka saya semakin mendalami ilmu dzikir.Kekuatan ritual
ini mengakibatkan saya mampu untuk memprediksi kejadian di masa yang
akan datang,khususnya untuk meningkatkan taraf hidup dan jenjang karir
dalam pekerjaan.
Setelah beberapa bulan saya dinyatakan sembuh dari perawatan terapi
medis,suatu pagi saya mendengar kabar buruk,yaitu calon isteri saya
mengalami kecelakaan.Mobilnya tertabrak truk di jalan raya Parang
Tritis.Akibat kecelakaan ini salah satu kakinya mengalami patah tulang 2
bagian dan harus menjalani operasi dan perawatan di rumah sakit.Ketika
itu,ada satu pernyataan dokter yang membuat saya
terpukul.Katanya,disebabkan kecelakaan tersebut maka calon isteri saya
akan sulit mempunyai anak disebabkan rahimnya terluka karena benturan
keras,dan tulang pinggulnya retak.
Saya menyadari bahwa cobaan demi cobaan sedang menguji keimanan
saya.Cobaan tersebut makin mendorong saya untuk lebih tekun lagi
mengembangkan ilmu dzikir yang saya kuasai.Saya yakin bahwa Allah SWT
akan mendengar doa hamba-hambaNya.Tehnik dan metode dzikir untuk
pengobatan dan penyembuhan saya kuasai dengan orang yang menjadi pasien
pertama saya adalah calon isteri saya sendiri.Hasilnya,dari 3 bulan
perkiraan bahwa isteri saya dapat berjalan kembali normal,tetapi dengan
teknik dan metode terapi disertai energi
dzikir mempercepat proses tersebut menjadi hanya 1 bulan.
Setelah kesehatan calon isteri saya pulih,saya segera
menikahinya,walaupun dia belum menyelesaikan kuliahnya.Tidak ada
keraguan sedikitpun untuk menikahinya mengingat vonis dokter tentang
kesulitan mempunyai keturunan.Usaha dan harta yang telah saya miliki
selama di Yogyakarta dijual semua untuk biaya hidup baru di
Jakarta.Selama saya belum mendapatkan pekerjaan,uang itu kami gunakan
untuk mencukupi kebutuhan hidup kami.Di Jakarta saya menempati salah
satu rumah orang tua saya yang cukup besar,terletak di kawasan Pondok
Gede,Bekasi.
Hidup ini adalah cobaan.Maka kita harus mengatasi berbagai cobaan
itu,baik cobaan dalam bentuk kesenangan,maupun bentuk kesusahan.Itulah
keyakinan yang sekaligus juga merupakan kesombongan saya.
Sejak tinggal di tempat yang baru seperti biasanya,setiap malam sehabis
sholat Hajat 2 rokaat,saya mematikan lampu penerangan kamar dan setelah
itu saya bersila.Sambil mengikuti keluar masuknya nafas melalui
hidung,saya mulai melakukan dzikir nufus,yaitu masuknya nafas
mengucapkan dalam hati Hu,sedang ketika keluarnya nafas dalam hati
mengucapkan Allah.Setelah beberapa waktu melakukan dzikir ini badan
terasa nyaman dan jantung terasa berdetak lebut dan teratur.
Saya mulai mengalihkan konsentrasi merubah dzikir nufus mengjadi dzikir
mengikuti detak jangtung,yaitu setiap detak jantung mengucapkan dalam
hati Allah...Allah...Allah...dst.Tenggelam dalam detak keagungan dan
kebesaran Allah SWT,panca indera terasa terkunci dan
kebesaran Allah SWT,panca indera terasa terkunci dan denyut jantung yang
berdzikir menyebarkan denyutnya melalui aliran pembuluh darah,ke
seluruh sel-sel tubuh sehingga seluruh tubuh berzikir
Allah...Allah...Allah.
Malam itu kejadiannya tidak seperti biasa.Biasanya,setelah tubuh saya
berdzikir,maka saya dapat mengendalikan tujuan saya untuk mendapatkan
petunjuk yang menjadi hajat saya.Tapi kali ini tubuh saya terasa bagai
terangkat dan diayun-ayunkan oleh suatu kekuatan yang tidak nampak.Detik
berikutnya tubuh saya seperti dilemparkan oleh tiupan angin yang begitu
keras bagai badai.Lalu,dalam kondisi tersebut tubuh saya tetap
berdzikir.Sampai setelah terombang-ambing oleh tiupan angin,tubuh saya
terasa berada di atas sebuah danau atau rungai.Saya tidak begitu jelas
melihat dimana sungai itu berada.Tapi yang pasti,saya melihat di sungai
itu ada sebuah kipas raksasa.Saya berusaha untuk melompati kipas raksasa
yang berputar itu,dengan arah putarannya searah dengan saya.Setelah
melewati kipas raksasa itu saya telah berdiri di hamparan pasir putih di
pinggir suatu pantai.
Pandangan saya alihkan ke arah laut,terlihat gelombang laut berupa ombak
yang pecah menghantam batu-batu-karang besar di sekitar pantai.Saya
keheranan dan bertanya,mengapa kali ini saya bisa berada di tempat
seperti itu?
Sebelum saya bisa menjawab pertanyaan tersebut,saya telah terbuai dengan
belaian angin pantai yang terasa lembut menerpa wajah.Suasana di pantai
itu seperti senja hari.Buktinya,langit tampak kuning
kemerah-merahan,sehingga
membuat saya merasa sangat nyaman dan bahagia.
Di tengah menikmati indahnya pantai itu,suara seseorang mengagetkan,"Assalamu'alaikum!"
Secara spontan saya menoleh kesamping kanan.Di sana telah berdiri
seorang laki-laki berperawakan kekar,tampan berkulit kuning dengan
penampilan seperti seorang nelayan.
"Wa'alaikum salam!" Jawabku.Laki-laki itu menjabat tanganku,aku pun
menyambutnya dengan erat.Namun,aku kembali merasa aneh.Jari-jari tangan
lelaki itu terasa empuk laksana kapas,bahkan sepertinya jari-jari tangan
itu rata.
"Saya tahu Anda telah mempelajari ilmu dzikir cukup lama,tetapi itu
semua belum menempatkan Anda sebagai seorang hamba Allah.Perbaikilah
cara belajar Anda!" Katanya dengan suara tenang berwibawa.
Rasa takut segera menyelimuti hatiku setelah laki-laki itu menyelesaikan kata-katanya.
"Anda ini siapa?" Tanya saya dengan sedikit memendam rasa takjim bercampur takut.
Dengan senyum lembut laki-laki itu menjawab, "Saya Nabi Khidir.Sekarang Anda kembalilah.Wassalamu'alaikum!"
Setelah mendengar perkataan tersebut,tanpa sempat untuk berkata-kata
lagi,tiba-tiba saya mendapat diri saya masih dalam posisi ketika
melakukan dzikir.
Sejak kejadian aneh itu,selama beberapa hari hati saya masih diselimuti
oleh ketakutan dan kebingungan.Bagaimana mungkin setelah lebih dari 10
tahun saya mengamalkan dzikir,saya masih dianggap belum benar,padahal
amalan itu telah menumbuhkan keyakinan saya,mendorong kesuksesan
saya,dan mengatasi segala kesulitan yang saya hadapi.
Akhirnya,saya coba menanyakan hal
ini melalui telepon kepada Mas Setianto,pembimbing saya di
Yogyakarta.Mas Setianto menjawab bahwa menurutnya bukan ilmu dzikirnya
yang salah,tetapi mungkin penerapannya secara perilaku saya sehari-hari
yang belum mencerminkan sebagai seorang yang berusaha mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
Sebagai seorang yang sudah terbiasa mengolah dan menganalisa petunjuk
gaib untuk diaplikasikan,saya segera mengambil sikap untuk memperbaiki
perilaku saya.Saya buka kembali Al-Qur'an dan hadist,saya juga banyak
membaca buku-buku yang ditulis oleh para ulama,juga kembali mendengarkan
apa yang disampaikan dalam khotbah Jum'at oleh para ulama.
Tak hanya itu,saya juga kembali tekun melaksanakan sholat wajib dan
puasa di bulan Ramadhan,ditambah dengan puasa sunah setiap hari Senin
dan Kamis.Dalam berdzikir saya hanya melakukan dzikir lisan sehabis
sholat wajib,tidak lagi berusaha memanfaatkan kekuatannya untuk segala
keinginan saya.
Akhirnya,saya menemukan kepasrahan kepada Allah SWT dalam menghadapi segala cobaan hidup ini,baik kesenangan atau pun kesusahan.
Sekarang ini,setelah lebih dari 7 tahun sejak saya bertemu secara gaib
dengan Nabi Khidir,dan setelah saya merubah gaya hidup saya sesuai
dengan tuntunan syariat Islam,ternyata Allah SWT menunjukkan
kebesarannya dengan memberikan keturunan.Dari prediksi semula yang
katanya isteri saya akan sulit mempunyai keturunan,ternyata kini saya
telah mempunyai 2 orang anak laki-laki yang sehat.
Taraf kehidupan keluarga saya pun sangat baik,meski pekerjaan saya pun sangat
baik,meski pekerjaan saya hanya
rebagai seorang Project Enginier untuk proyek industri yang bersifat
tidak tetap.Isteri saya juga bekerja sebagai tenaga pemasaran pada
perusahaan produk industri dengan karir yang cukup baik.
Sebagai
hamba Allah yang selalu berusaha mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta,sudah 3 tahun ini saya telah mempunyai 3 orang anak asuh untuk
disekolahkan,salah satunya telah memasuki perguruan tinggi.Selain
itu,rumah tangga saya juga hidup berkecukupan serta selalu dalam keadaan
sehat,sakit kepala saya juga tidak pernah kambuh.
Apakah saya
telah memperbaiki cara belajar saya dalam berdzikir,seperti yaog pernah
dikatakan Nabi Khidir? Kesimpulan saya adalah berdzikir bukan lagi
memanfaatkan kekuatan dzikir itu untuk kepentingan saya,tetapi berdzikir
adalah mengingat dan bersyukur sebagai hambaNya,serta berperilaku
sesuai dengan tuntunan RasulNya untuk menghadapi segala cobaan hidup
ini.
Semoga kisah ini dapat menjadi sebuah pelajara
berharga,terutama dalam upaya kita melakukan ibadah secara ikhlas dan
niat hanya karena Allah SWT.
Assalamu'alaikum Wr.... Wb.... Salam kenal Pak, kenalkan sy Chandra. Sy sangat tertarik dengan artikel yg Bapak sampaikan. Maaf kalau boleh tahu dr Majelis dzikir Tanajuth Trorqie tsb apa ada hubungannya dengan Majelis yg pernah Bapak Heru pimpin ? Dulu Beliau pernah tinggal di Balapan jln. Solo, kemudian setelah nikah pernah tinggal di daerah sebelah selatan TVRI Kutu wass...
BalasHapusArtikel bohong,aku tak percaya.yang saya tahu nabi khidir kalau dipegang seperti orang biasa,tak seperti kata-kata diartikel itu.
BalasHapusapabila nabi khidir as masuk ke dalam alam bawah sadar kita maka bisa menjadi apa saja
BalasHapus