HALAMAN

Sabtu, 13 Agustus 2011

MENYONGSONG LAILATUL QADAR DENGAN I'TIKAF

Banyak orang ingin menemukan Lailatul Qadar,malam istimewa yang dikatakan Qur'an sebagai "malam yang lebih baik dari seribu bulan." Mereka ingin menyaksikan bagaimana para malaikat dan Jibril turun ke bumi dengan izin Allah.Dengan penuh harap mereka ingin menyaksikan peristiwa yang terjadi setahun sekali itu.

Mungkinkah itu terjadi ? Menurut Nabi peristiwa itu muncul setiap bulan Ramadhan.Demikian diterangkan dalam sebuah hadist.Namun,malam ke berapa,memang tanggal 17 bulan Ramadhan karena pada malam itulah wahyu pertama diturunkan.Tapi sebagian ulama lagi mengatakan pada malam- malam ganjil pada sepuluh hari terakhir Ramadhan.Jadi sangat memungkinkan bagi siapa pun untuk menemukan malam kemuliaan itu pada waktu-waktu tersebut.

Bagaimana cara menemukan Lailatul Qadar ? Imam Bukhari meriwayatkan sebuah hadist yang bersumber dari Siti Aisyah: Bahkan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan Beliau SAW mengikatkan kainnya (tidak berhubungan intim) dan menghidupkan malamnya dengan ibadah serta membangunkan keluarganya.Jelasnya pada sepuluh hari terakhir itu Rasulullah SAW beri'tikaf.

Pengertian i'tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Allah.Menurut Ibnu Rajab,i'tikaf itu memutuskan hubungan dengan selain Allah dan menghubungkan diri dengan Allah terus menerus tanpa terputus.

Prilaku i'tikaf ini diikuti oleh isteri-isteri Nabi dan juga para sahabat.Setelah Beliau wafat ibadah ini tetap mereka jalankan.Sebagai sarana untuk dapat menemukan Lailatul Qadar.Para ulama yang datang kemudian juga melalukan hal yang sama.

Karena itu siapapun yang ingin menyaksikan malam kemuliaan itu harus melakukan i'tikaf.Sebagaimana yang dilakukan Nabi,para sahabat dan ahli warisnya.Maka penting sekali memahami seluk-beluk i'tikaf.
Berikut ini uraiannya:

1.I'tikaf harus dilakukan di masjid Jami',yakni masjid yang memiliki jamaah yang besar.Hal ini agar mu'takif (orang yang beri'tikaf) tidak ketinggalan berjamaah shalat lima waktu dan sholat Jum'at.

2.I'tikaf dimulai waktu Shubuh tanggal 20 Ramadhan.Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan,Rasulullah SAW,jika i'tikaf Beliau shalat fajar (Subuh).Lalu masuk ke tempat i'tikaf.

3.Selama i'tikaf,mu'takif (orang yang beri'tikaf) harus banyak melakukan shalat sunnah,membaca Al-Qur'an dan berdzikir kepadaNya dengan mengucapkan istigfar,tasbih,tahmid,tahlil dan shalawat kepada Khanjeng Nabi SAW.

4.Syarat syah i'tikaf ada tiga macam,yaitu Islam,berakal sehat dan suci dari hadas besar (haid,nifas,melahirkan,keluar mani dan bersetubuh walau tak keluar mani).Jika seseorang mengalami hadas besar,maka terlebih dahulu harus melakukan mandi besar (junub),sebelum i'tikaf.Yaitu membasuh seluruh badan dengan air suci.Seseorang yang mengalami hadas besar bukan hanya tidak syah beri'tikaf tetapi juga dilarang tinggal di masjid walaupun tidak untuk i'tikaf.

5.I'tikaf masjid batal karena terjadi dua hal,yaitu bersetubuh dan keluar masjid tanpa udzur (halangan).Firman Allah SWT, "Janganlah kamu campur dengan isterimu sedangkan kamu i'tikaf dalam masjid. (QS.Al-Baqarah:187).

6.Keluar masjid untuk melakukan mandi atau buang hajad tidak membatalkan i'tikaf.Begitu pula keluar untuk berwudhu.

7.Termasuk kegiatan i'tikaf,membaca kitab-kitab tafsir dan menelaah kitab-kitab hadist.

8.Seseorang yang sedang beri'ktikaf tidak banyak bicara di masjid apalagi bicara masalah dunia.Namun bukan berarti harus membisu.Ketika ada orang bertanya dia harus menjawabnya.

Dengan uraian tersebut,tampaklah bahwa i'tikaf itu cukup berat.Bagi orang- orang yang sibuk rasanya sulit sekali melakukannya.Bahkan bagi para pilot,masinis,atau mereka yang mobilitasnya tinggi hampir mustahil melakukan i'tikaf.Karena mereka bekerja sesuai jadwal waktu yang ketat.Begitu juga seorang polisi lalu lintas tidak mungkin meninggalkan pekerjaannya untuk melakukan i'tikaf di masjid,kecuali bila dia sedang mendapat cuti panjang.

Masalahnya sekarang apakah tanpa i'tikaf Lailatul Qadar tak dapat disaksikan ? Pada prinsipnya di mana pun orang bisa menyaksikannya,tidak harus di dalam masjid.Karena peristiwa itu disaksikan bukan dengan mata lahir tapi dengan mata batin,dengan hati nurani.

Sedangkan hati nurani tidak dapat dibatasi ruang dan waktu.Yang penting hati bisa terus berkonsentrasi.Namun tentu saja hati sangat dipengaruhi penglihatan dan pendengaran.Berkonsentrasi di tempat ramai jauh lebih sulit dibandingkan jika di tempat sepi.

Barangkali inilah pentingnya i'tikaf di masjid.Karena itu Nabi SAW,para sahabat,juga para ulama hingga kini sengaja menyediakan waktu untuk itu.Memang,menyediakan waktu untuk beri'tikaf di zaman modern seperti sekarang bukan hal mudah.Sekali lagi,kesibukan duniawi seakan menjadi suatu penghalang yang sangat besar.Terutama bagi orang yang bekerja di sebuah instansi atau perusahaan yang menuntut disiplin waktu.Gara-gara i'tikaf orang bisa dipecat.Atau gara- gara i'tikaf orang kehilangan kesempatan mendapatkan uang untuk menafkahi keluarganya.

Namun patut juga diingat bahwa Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan.Jauh lebih berharga dari uang dan perak serta emas.Jadi,bila memungkinkan,sedapat mungkin berusahalah untuk melakukan i'tikaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar